KELOMPOK SOSIAL
A.
Hakikat Kelompok Sosial
Manusia
sebagai mahluk sosial tidak dapat hidup sendiri dan selalu membutuhkan bantuan
orang lain. Selain itu, manusia memiliki naluri untuk selalu berinteraksi
dengan sesama.
1.
Definisi Kelompok Sosial
Dalam
Ensiklopedi Nasional Indonesia (2008),
kelompok adalah suatu himpunan yang terdiri atas minimal dua orang dan terjalin
karena adanya rasa saling membutuhkan. Dalam Kamus Sosiologi (Haryanta, 2012), kelompok sosial adalah kesatuan
atau himpunan orang yang saling berinteraksi dan memiliki kesadaran dalam satu
ikatan.
2.
Ciri Kelompok Sosial
Adapun
ciri ciri kelompok sosial adalah sebagai berikut:
-
Adanya dorongan
yang sama antara individu, yang satu dengan lainnya.
-
Adanya akibat
dari interaksi yang berlainan terhadap individu yang satu dengan yang lainnya.
-
Adanya
pembentukan struktur atau organisasi kelompok yang jelas dan terdiri atas
peranan dan kedudukan masing masing.
-
Adanya norma
yang mengatur tingkah laku anggota kelompok agar mencapai tujuan yang
diinginkan.
-
Adanya
pergerakan yang dinamik.
-
Berlangsungnya
suatu kepentingan.
B.
Faktor-faktor Pembentuk Kelompok Sosial
Adanya kelompok sosial di masyarakat dapat
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor pembentuk dan pendorong. Berikut
penjelasan mengenai kedua faktor tersebut.
1.
Faktor pembentuk
kelompok sosial
Pembentukan kelompok sosial dimulai sejak seseorang
dilahirkan. Keluarga merupakan kelompok sosial yang paling sederhana. Adapun
faktor pembentuk kelompok sosial ada dua yaitu sebagai berikut.
a.
Kedekatan
Pengaruh tingkat
kedekatan tidak dapat diukur dalam kelompok sosial. Kelompok sosial terdiri
atas beberapa individu yang saling berinteraksi. Hampir semua manusia pada
awalnya adalah anggota kelompok keluarga.
b.
Kesamaan
Pembentukan
kelompok sosial tidak hanya tergantung pada kedekatan fisik, tetapi juga
kesamaan di antara anggota-anggotanya. Persamaan yang dimaksud adalah kesamaan
minat, kepentingan, kepercayaan, nilai, usia, karakter, maupun lainnya.
2.
Faktor pendorong
kelompok sosial
Dalam proses pembentukan kelompok sosial, ada faktor
yang mendorong manusia untuk membentuk kelompok sosial adalah sebagai berikut:
a.
Adanya dorongan
untuk mempertahankan hidup
Manusia yang
telah membentuk atau bergabung dengan kelompok sosial, secara tidak langsung
telah berusaha untuk mempertahankan diri. Hal ini dikarenakan manusia tidak
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri tanpa adanya orang lain.
b.
Adanya dorongan
untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja
Di era modern
seperti sekarang ini, manusia dituntut untuk melakukan pekerjaan yang efektif,
efisien, serta memperoleh hasil kerja yang maksimal.
c.
Adanya dorongan
untuk meneruskan keturunan
Manusia sebagai
mahluk hidup mempunyai sifat alamiah untuk meneruskan keturunan. Dengan adanya
keturunan, maka dapat membentuk kelompok sosial
C.
Macam-macam Kelompok Sosial
Macam
macam kelompok sosial di masyarakat yaitu:
1.
In-Group
dan Out-Group
Besarnya pengaruh kelompok terhadap individu
menyebabkan individu tidak dapat
dipisahkan dari suatu kelompok di lingkungan. Berdasarkan identifikasi
diri, W.G. Summer (Sunarto, 2004) seorang ahli sosiologi dari Amerika membagi
kelompok sosial menjadi dua yaitu In-group dan Out-Group.
a.
In-group
Summer
mengemukakan bahwa in-group adalah kelompok sosial dimana individu
mengidentifikasikan dirinya (Basrowi, 2014). Dalam anggota kelompok in-group
ditandai dengan kerja sama, persahabatan, keteraturan, dan perdamaian.
b.
Out-group
Out-group dapat
diartikan sebagai kelompok yang menjadi lawan dari in-group. Dalam out-group
ditandai dengan sikap ketidakpedulian, kebencian, permusaha, dan sikap saling
membenci.
Menurut
Horton dan Hunt (1999), beberapa karakteristik in-group dan out-group adalah
sebagai berikut.
1)
Keduanya
memengaruhi perilaku, baik yang berada dalam in-group maupun out-group
2)
Munculnya
etnosentrisme dalam kelompok.
3)
Perasaan in-group
dan out-group didapatkan pada masyarakat umum.
4)
Munculnya
anggapan bahwa out-group sebagai saingan dari in-group.
5)
Pada masyarakat
yang memiliki kompleksitas tinggi atau masyarakat modern memungkinkan seseorang
untuk menjadi bagian dari kelompok sosial.
2.
Kelompok Primer
dan Kelompok Sekunder
Menurut Cooley
(Horton, 1999) membedakan kelompok sosial menjadi dua, yaitu kelompok primer
dan kelompok sekunder seperti yang ditulis dalam buku Social Organization pada
tahun 1909.
a.
Kelompok Primer
(Primary Group)
Menurut Horton
(1999) kelompok primer merupakan suatu kelompok di mana kita daoat mengenal
orang lain sebagai pribadi secara akrab.
Ada beberapa syarat untuk membentuk kelompok primer adalah sebagai berikut.
1)
Adanya kedekatan
antar anggota kelompok
2)
Jumlah anggota
kelompok sedikit
3)
Hubungan antar
kelompok bersifat langgeng
4)
Memiliki tujuan
akhir yang sma
b.
Kelompok
Sekunder (Secondary Group)
Tipe kelompok
sosial menurut Cooley yang kedua ialah kelompok sekunder. Menurut Sokeanto
(2012), kelompok sekunder adalah kelompok yang terdiri atas banyak orang yang
bersifat hubungannya tidak berdasarkan pengenalan secara prubadi dan juga tidak
langgeng (bersifat sementara).
3. Paguyuban (Gameinschaft) dan Patembayan
(Gesellschaft)
Seorang tokoh sosiologi klasik dari Jerman Ferdinand
Tonnies membagi kelompok sosial menjadi dua, yaitu paguyuban dan patembayan.
a.
Paguyuban
(Gameinschaft)
Menurut Tonnies
dan Loomis (1960), paguyuban adalah bentuk
kehidupan bersama di mana anggota –anggotanya diikat oleh hubungan batin
yang murni dan bersifat alamiah, serta bersifat kekal dalam hubungan paguyuban
memliki rasa cintai dan rasa yang kesatuan yang kuat. Ciri pokok paguyuban
adalah sebagai berikut.
1)
Intimate, yaitu
hubungan menyeluruh yang sangat erat.
2)
Private, yaitu
hubungan yang bersifat pribadi, namun untuk beberapa orang saja.
3)
Exclusive, yaitu
hbungan yang diperuntukan hanya untuk kita dan tidak untuk orang orang di luar
kita.
Toonies
membedakan paguyuban menjadi tiga yaitu:
1)
Paguyuban karena
darah (gameinschaft by blood) paguyuban yang mendasarkan diri pada ikatan darah
atau keturunan.
2)
Paguyuban karena
tempat (gameinschaft by place) paguyuban yang mendasarkan diri pada tempat
tinggal yang saling berdekatan, sehingga memungkinkan seseorang untuk saling
menolong.
3)
Paguyuban karena
jiwa-ikiran (gameinschaft by mind) paguyuban yang mendasarkan pada ideologi
atau pikiran yang sama, meskipun tidak memiliki hubungan darah mapun tempat
tinggal yang berdekatan.
b.
Patembayan (Gesellschaft)
Menurut Horton
dan Hunt (1999), patembayan merupakan suatu masyarakat yang berdasarkan atas
jalinan hbungan yang kontraktual, bukan tradisional. Contoh patembayan misalnya
ikatan antarpedagang, organisasi buruh pabrik, organisasi militer, dan lain
sebagainya. Hbungan dalam patembayan ditandai dengan adanya ciri-ciri sebagai
berikut:
1)
Adanya
kepentingan pribadi.
2)
Pembagian tugas
secara spesialisasi.
3)
Orientasi dalam
kemajuan.
4)
Sofat kerja yang
efisien.
5)
Adanya rasa
persaingan.
4. Membership Group
dan Reference Group
Selain kelompok sosial yang telah diuraikan
sebelumnya, masih ada beberapa macam kelompok sosial lainnya, seperti Membership Group dan Reference Group.
a.
Membership Group
Menurut Narwoko
(2010), Membership Group mrupakan
kelompok di mana setiap orang secara fisik menjadi anggota kelompok tersebut. Membership Group dapat dibedakan menjadi
dua:
1)
Nominal Group Member
Dalam kelompok
ini, anggota yang masih berinteraksi dengan kelompok sosial yang bersangktuan,
namun interaksinya dengan anggota lain berkurang. Dengan kata lain, interaksi
yang terjalin dengan kelompok lain tidak terjadi secara intensif atau sering.
2)
Perihal Group Member
Pada kelompok
ini, seseorang sudah tidak memiliki hbungan dengan kelompok yang bersangkutan
sehingga kelompok tidak mempunyai kekuasaan terhadap anggota tersebut.
b.
Reference Group
Dalam kamus
sosiologi (Haryanta, 2010), reference group merupakan kelompok yang menjadi
acuan bagi seseorang (bukan anggota kelompok) untuk membentuk pribadi dan
perilakunya. Merton yang dikutip Narwoko (2010), menyebutkan ada dua tipe
reference group.
1)
Tipe Normatif
Menentukan dasar
dasar bagi kepribadian seseorang. Tipe ini merupakan sumber nilai bagi
individu, baik yang menjadi anggota maupun yang bukan anggota kelompok
tersebut.
2)
Tipe
Perbandingan
Suatu pegangan
bagi individu dalam menilai kepribadiannya. Hal ini dipakai sebagai
perbandingan untuk memberikan kedudukan seseorang.
5. Kelompok Formal dan Kelompok Informal
Kelompok formal dan kelompok informal merupakan
bagian dari kelompok sosial yang ada di masyarakat yang dibedakan menurut Van
Doorn.
a.
Kelompok Formal
Menurut Soekanto
(2012), kelompok formal adalah kelompok yang memiliki peraturan tegas dan
sengaja diciptakan oleh anggota anggotanya untuk mengatur hubungan antar
sesama.
b.
Kelompok
Informal
Kelompok
informal merupakan organisasi struktur dan organisasi yang pasti (Narwoko,
2010). Kelompok ini tidak didukung oleh peraturan-peraturan resmi yang mengikat
anggotanya.
6. Kelompok Okupasional dan Kelompok Volunter
Selain kelompok sosial yang telah disebutkan diatas,
masih ada kelompok sosial lainnya, yaitu kelompok okupasional dan kelompok
volunter.
a.
Kelompok
Okupasional
Menurut Soekanto
(2012), dijelaskan bahwa kelompk yang muncul karena semakin memudarnya fungsi
kekerabatan disebut kelompok okupa-sional. Munculnya kelompok ini karena
anggotanya memiliki pekerajaan yang sama atau sejenis.
b.
Kelompok
Volunter
Menurut Soekanto
(2012), kelompok volunter merupakan kelompok yang memiliki kepentingan yan
sama, namun tidak mendapatkan perhatian dari masyarakat. Terbentuknya kelompok
volunter didasarkan pada bebera hal sebagai berikut.
1)
Kebutuhan
sandang, pangan, dan papan.
2)
Kebutuhan
keselamatan jiwa dan raga.
3)
Kebutuhan
mengenai harga diri.
4)
Kebutuhan
mengembangkan potensi diri.
5)
Kebutuhan akan
kasih sayang.
D.
Kelompok Sosial Tidak Teratur
Bentuk kelompok
sosial tidak teratur dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
1. Kerumunan (Crowd)
Kerumunan merupakan individu yang berkumpul secara
bersamaan serta kebetulan di sutau tempat dan dalam waktu yang bersamaan
(Haryanto, 2011). Ukuran utama adanya kerumunan ialah kehadiran orang-orang
secara fisik. Menurut Narwoko (2010), karakteristik kerumunan adalah sebagai
berikut:
a.
Adanya kehadiran
yang secara fisik dan ukurannya, yaitu
sejauh mata memandang dan telinga mendengarkan tidak adanya individu, maka
tidak terjadi kerumunan.
b.
Adanya kelompok
yang tidak terorganisir, sehingga tidak memiliki pimpinan dan tidak mengenal
pembagian kerja maupun sistem pelapisan dalam masyarakat.
Menurut Davis (Basrowi, 2014), disebutkan bentuk
bentuk umum kerumunan adalah sebagai berikut.
a.
Kerumunan yang sifatnya sementara (Casual Crowds)
Kelompok yang
sifatnya sederhana dapat dibedakan menjadi tiga.
1)
Kerumunan yang
kurang menyenangkan, merupakan kerumunan dari orang-orang yang ingin berusaha
menggunakan fasilitas fasilitas yang sama.
2)
Kerumuan orang
orang yang sedang yang sedang dalam keadaan panik merupakan sekerumpulan
orang-orang yang berada dalam kondisi/keadaan panik.
3)
Kerumunan
penonton, merupakan kerumunan dari orang orang yang ingin melihat suatu
peristiwa tertentu.
b.
Kerumunan yang berartikulasi dengan struktur sosial
Kerumunan yang
berartikulasi dengan struktur sosial dapat dibedakan menjadi dua.
1)
Khalayak
penonton atau pendengar yang formal adalah kerumunan orang yang memiliki pusat
perhatian yang sama dan memiliki tujuan yang sama, namu sifatnya pasif.
2)
Kelompok
ekspresif yang telah direncanakan merupakan kerumunan yang tidak mementingkan
pusat perhatian, tetapi memiliki persamaan tujuan yang tersimpul dalam
aktivitasnya.
c.
Kerumunan yang berlawanan dengan norma-norma hukum
(Law Less Crowds)
Kerumunan yang
berlawanan dengan norma norma hukum dapat dibedakan menjadi dua.
1)
Kerumunan yang
bertindakemosional yaitu kerumunan yang bertindak secara emosional.
2)
Kerumunan yang
bersifat immoral merupakan kerumunan yang tindakannya bertentangan dengan
norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Menuru Mayor Polak (Narwoko, 2010), menyebutkan
kerumunan dapat dibedakan menjadi dua.
a.
Kerumunan yang
menjadi aktif
Kerumunan aktif
dapat bersifat revolusioner atau reaksioner misalnya pemberontakan Bastille.
Dalam kerumunan aktif memiliki karakteristik sebagai berikut.
1)
Muncul secara
spontan.
2)
Bersifat
emosional dan impulsif.
3)
Tidak adanya
pembagian kerja dan aturan.
b.
Kerumunan yang
tinggal ekspresif
Pada kerumunan
ekspresif tidak mengenal pusat perhatian maupun tujuan yang sama, melainkan
hanya mengenai emosi saja tanpa tujuan tertentu. Kerumunan ekspresif ini
sifatnya tidak merusak, tetapi hanya sekedar melepaskan ketegangan/emosi saja.
2. Publik
Soekanto mendefinisakan publik sebagai suatu
kelompok yang tidak menjadi satu kesatuan (Basrowi, 2014). Publik tidak
berkumpul dalam suatu tempat tertentu melaikan tersebar. Dalam suatu publik,
anggotanya dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut.
a.
Kelompok Vested Interest
Kelompok ini
merupakan kumpulan dari orang orang yang sudah memiliki kedudukan tertentu
dalam masyarakat dan biasanya bersifat pro.
b.
Kelompok New Comer
Pada kelompok
ini terdiri atas orang orang yang ingin memperjuangkan kepentingan kepentingan
baru dan juga ingin berusaha merebut suatu kedudukan dalam masyarakat.
c.
Kelompok yang pasif
Kelompok ini
terdiri atas orang orang yang hanya mempunyai minat saja, namun belum
menentukan pendiriannya terhadap suatu persoalan.
3. Massa
Leopold Von Wiese membedakan massa menjadi dua
macam, yaitu sebagai berikut.
a.
Massa yang
konkret
Massa dapat
dikatakan konkret apabila memiliki ciri ciri sebagai berikut.
1)
Adanya iktan
batin, karena adanya persamaan, kehendak, dan pandangan.
2)
Adanya persamaan
norma norma, karena orang orang yang tergabung dalam massa yang konkret memiliki
peraturan dan kebiasaan sendiri.
3)
Memiliki
struktur yang jelas.
4)
Mempunyai
potensi yang dinamis, sehingga dapat menimbulkan gerakan massa.
b.
Massa yang
abstrak
Berbeda dengan
massa konkret, masa abstrak hanya kumpulan manusia yang belum diikat oleh kesatuan
norma, kesatuan emosional, dan sebagainya meskipun mereka telah menjadi satu
karena adanya dorongan. Jadi, massa abstrak merupakan embrio dari massa
konkret, namun tergantung situasi dan kondisi dimana massa itu terbentuk
(Narwoko, 2010).