Thursday, August 10, 2017

KELOMPOK SOSIAL

KELOMPOK SOSIAL

A.     Hakikat Kelompok Sosial
Manusia sebagai mahluk sosial tidak dapat hidup sendiri dan selalu membutuhkan bantuan orang lain. Selain itu, manusia memiliki naluri untuk selalu berinteraksi dengan sesama.
1.      Definisi Kelompok Sosial
Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia (2008), kelompok adalah suatu himpunan yang terdiri atas minimal dua orang dan terjalin karena adanya rasa saling membutuhkan. Dalam Kamus Sosiologi (Haryanta, 2012), kelompok sosial adalah kesatuan atau himpunan orang yang saling berinteraksi dan memiliki kesadaran dalam satu ikatan.
2.      Ciri Kelompok Sosial
Adapun ciri ciri kelompok sosial adalah sebagai berikut:
-          Adanya dorongan yang sama antara individu, yang satu dengan lainnya.
-          Adanya akibat dari interaksi yang berlainan terhadap individu yang satu dengan yang lainnya.
-          Adanya pembentukan struktur atau organisasi kelompok yang jelas dan terdiri atas peranan dan kedudukan masing masing.
-          Adanya norma yang mengatur tingkah laku anggota kelompok agar mencapai tujuan yang diinginkan.
-          Adanya pergerakan yang dinamik.
-          Berlangsungnya suatu kepentingan.
B.     Faktor-faktor Pembentuk Kelompok Sosial
Adanya kelompok sosial di masyarakat dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor pembentuk dan pendorong. Berikut penjelasan mengenai kedua faktor tersebut.
1.      Faktor pembentuk kelompok sosial
Pembentukan kelompok sosial dimulai sejak seseorang dilahirkan. Keluarga merupakan kelompok sosial yang paling sederhana. Adapun faktor pembentuk kelompok sosial ada dua yaitu sebagai berikut.
a.       Kedekatan
Pengaruh tingkat kedekatan tidak dapat diukur dalam kelompok sosial. Kelompok sosial terdiri atas beberapa individu yang saling berinteraksi. Hampir semua manusia pada awalnya adalah anggota kelompok keluarga.
b.      Kesamaan
Pembentukan kelompok sosial tidak hanya tergantung pada kedekatan fisik, tetapi juga kesamaan di antara anggota-anggotanya. Persamaan yang dimaksud adalah kesamaan minat, kepentingan, kepercayaan, nilai, usia, karakter, maupun lainnya.
2.      Faktor pendorong kelompok sosial
Dalam proses pembentukan kelompok sosial, ada faktor yang mendorong manusia untuk membentuk kelompok sosial adalah sebagai berikut:
a.       Adanya dorongan untuk mempertahankan hidup
Manusia yang telah membentuk atau bergabung dengan kelompok sosial, secara tidak langsung telah berusaha untuk mempertahankan diri. Hal ini dikarenakan manusia tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri tanpa adanya orang lain.
b.      Adanya dorongan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja
Di era modern seperti sekarang ini, manusia dituntut untuk melakukan pekerjaan yang efektif, efisien, serta memperoleh hasil kerja yang maksimal.
c.       Adanya dorongan untuk meneruskan keturunan
Manusia sebagai mahluk hidup mempunyai sifat alamiah untuk meneruskan keturunan. Dengan adanya keturunan, maka dapat membentuk kelompok sosial
C.     Macam-macam Kelompok Sosial
Macam macam kelompok sosial di masyarakat yaitu:
1.      In-Group dan Out-Group
Besarnya pengaruh kelompok terhadap individu menyebabkan individu tidak dapat  dipisahkan dari suatu kelompok di lingkungan. Berdasarkan identifikasi diri, W.G. Summer (Sunarto, 2004) seorang ahli sosiologi dari Amerika membagi kelompok sosial menjadi dua yaitu In-group dan Out-Group.
a.       In-group
Summer mengemukakan bahwa in-group adalah kelompok sosial dimana individu mengidentifikasikan dirinya (Basrowi, 2014). Dalam anggota kelompok in-group ditandai dengan kerja sama, persahabatan, keteraturan, dan perdamaian.
b.      Out-group
Out-group dapat diartikan sebagai kelompok yang menjadi lawan dari in-group. Dalam out-group ditandai dengan sikap ketidakpedulian, kebencian, permusaha, dan sikap saling membenci.
Menurut Horton dan Hunt (1999), beberapa karakteristik in-group dan out-group adalah sebagai berikut.
1)      Keduanya memengaruhi perilaku, baik yang berada dalam in-group maupun out-group
2)      Munculnya etnosentrisme dalam kelompok.
3)      Perasaan in-group dan out-group didapatkan pada masyarakat umum.
4)      Munculnya anggapan bahwa out-group sebagai saingan dari in-group.
5)      Pada masyarakat yang memiliki kompleksitas tinggi atau masyarakat modern memungkinkan seseorang untuk menjadi bagian dari kelompok sosial.
2.      Kelompok Primer dan Kelompok Sekunder
Menurut Cooley (Horton, 1999) membedakan kelompok sosial menjadi dua, yaitu kelompok primer dan kelompok sekunder seperti yang ditulis dalam buku  Social Organization pada tahun 1909.
a.       Kelompok Primer (Primary Group)
Menurut Horton (1999) kelompok primer merupakan suatu kelompok di mana kita daoat mengenal orang lain sebagai pribadi  secara akrab. Ada beberapa syarat untuk membentuk kelompok primer adalah sebagai berikut.
1)      Adanya kedekatan antar anggota kelompok
2)      Jumlah anggota kelompok sedikit
3)      Hubungan antar kelompok bersifat langgeng
4)      Memiliki tujuan akhir yang sma
b.      Kelompok Sekunder (Secondary Group)
Tipe kelompok sosial menurut Cooley yang kedua ialah kelompok sekunder. Menurut Sokeanto (2012), kelompok sekunder adalah kelompok yang terdiri atas banyak orang yang bersifat hubungannya tidak berdasarkan pengenalan secara prubadi dan juga tidak langgeng (bersifat sementara).
3.      Paguyuban (Gameinschaft) dan Patembayan (Gesellschaft)
Seorang tokoh sosiologi klasik dari Jerman Ferdinand Tonnies membagi kelompok sosial menjadi dua, yaitu paguyuban dan patembayan.
a.       Paguyuban (Gameinschaft)
Menurut Tonnies dan Loomis (1960), paguyuban adalah bentuk  kehidupan bersama di mana anggota –anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah, serta bersifat kekal dalam hubungan paguyuban memliki rasa cintai dan rasa yang kesatuan yang kuat. Ciri pokok paguyuban adalah sebagai berikut.
1)      Intimate, yaitu hubungan menyeluruh yang sangat erat.
2)      Private, yaitu hubungan yang bersifat pribadi, namun untuk beberapa orang saja.
3)      Exclusive, yaitu hbungan yang diperuntukan hanya untuk kita dan tidak untuk orang orang di luar kita.
Toonies  membedakan paguyuban menjadi tiga yaitu:
1)   Paguyuban karena darah (gameinschaft by blood) paguyuban yang mendasarkan diri pada ikatan darah atau keturunan.
2)   Paguyuban karena tempat (gameinschaft by place) paguyuban yang mendasarkan diri pada tempat tinggal yang saling berdekatan, sehingga memungkinkan seseorang untuk saling menolong.
3)   Paguyuban karena jiwa-ikiran (gameinschaft by mind) paguyuban yang mendasarkan pada ideologi atau pikiran yang sama, meskipun tidak memiliki hubungan darah mapun tempat tinggal yang berdekatan.
b.      Patembayan (Gesellschaft)
Menurut Horton dan Hunt (1999), patembayan merupakan suatu masyarakat yang berdasarkan atas jalinan hbungan yang kontraktual, bukan tradisional. Contoh patembayan misalnya ikatan antarpedagang, organisasi buruh pabrik, organisasi militer, dan lain sebagainya. Hbungan dalam patembayan ditandai dengan adanya ciri-ciri sebagai berikut:
1)      Adanya kepentingan pribadi.
2)      Pembagian tugas secara spesialisasi.
3)      Orientasi dalam kemajuan.
4)      Sofat kerja yang efisien.
5)      Adanya rasa persaingan.
4.      Membership Group dan  Reference Group
Selain kelompok sosial yang telah diuraikan sebelumnya, masih ada beberapa macam kelompok sosial lainnya, seperti Membership Group dan Reference Group.
a.       Membership Group
Menurut Narwoko (2010), Membership Group mrupakan kelompok di mana setiap orang secara fisik menjadi anggota kelompok tersebut. Membership Group dapat dibedakan menjadi dua:
1)      Nominal Group Member
Dalam kelompok ini, anggota yang masih berinteraksi dengan kelompok sosial yang bersangktuan, namun interaksinya dengan anggota lain berkurang. Dengan kata lain, interaksi yang terjalin dengan kelompok lain tidak terjadi secara intensif atau sering.
2)      Perihal Group Member
Pada kelompok ini, seseorang sudah tidak memiliki hbungan dengan kelompok yang bersangkutan sehingga kelompok tidak mempunyai kekuasaan terhadap anggota tersebut.
b.      Reference Group
Dalam kamus sosiologi (Haryanta, 2010), reference group merupakan kelompok yang menjadi acuan bagi seseorang (bukan anggota kelompok) untuk membentuk pribadi dan perilakunya. Merton yang dikutip Narwoko (2010), menyebutkan ada dua tipe reference group.
1)      Tipe Normatif
Menentukan dasar dasar bagi kepribadian seseorang. Tipe ini merupakan sumber nilai bagi individu, baik yang menjadi anggota maupun yang bukan anggota kelompok tersebut.
2)      Tipe Perbandingan
Suatu pegangan bagi individu dalam menilai kepribadiannya. Hal ini dipakai sebagai perbandingan untuk memberikan kedudukan seseorang.
5.      Kelompok Formal dan Kelompok Informal
Kelompok formal dan kelompok informal merupakan bagian dari kelompok sosial yang ada di masyarakat yang dibedakan menurut Van Doorn.
a.       Kelompok Formal
Menurut Soekanto (2012), kelompok formal adalah kelompok yang memiliki peraturan tegas dan sengaja diciptakan oleh anggota anggotanya untuk mengatur hubungan antar sesama.
b.      Kelompok Informal
Kelompok informal merupakan organisasi struktur dan organisasi yang pasti (Narwoko, 2010). Kelompok ini tidak didukung oleh peraturan-peraturan resmi yang mengikat anggotanya.
6.      Kelompok Okupasional dan Kelompok Volunter
Selain kelompok sosial yang telah disebutkan diatas, masih ada kelompok sosial lainnya, yaitu kelompok okupasional dan kelompok volunter.
a.       Kelompok Okupasional
Menurut Soekanto (2012), dijelaskan bahwa kelompk yang muncul karena semakin memudarnya fungsi kekerabatan disebut kelompok okupa-sional. Munculnya kelompok ini karena anggotanya memiliki pekerajaan yang sama atau sejenis.
b.      Kelompok Volunter
Menurut Soekanto (2012), kelompok volunter merupakan kelompok yang memiliki kepentingan yan sama, namun tidak mendapatkan perhatian dari masyarakat. Terbentuknya kelompok volunter didasarkan pada bebera hal sebagai berikut.
1)      Kebutuhan sandang, pangan, dan papan.
2)      Kebutuhan keselamatan jiwa dan raga.
3)      Kebutuhan mengenai harga diri.
4)      Kebutuhan mengembangkan potensi diri.
5)      Kebutuhan akan kasih sayang.

D.   Kelompok Sosial Tidak Teratur
Bentuk kelompok sosial tidak teratur dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
1.      Kerumunan (Crowd)
Kerumunan merupakan individu yang berkumpul secara bersamaan serta kebetulan di sutau tempat dan dalam waktu yang bersamaan (Haryanto, 2011). Ukuran utama adanya kerumunan ialah kehadiran orang-orang secara fisik. Menurut Narwoko (2010), karakteristik kerumunan adalah sebagai berikut:
a.       Adanya kehadiran  yang secara fisik dan ukurannya, yaitu sejauh mata memandang dan telinga mendengarkan tidak adanya individu, maka tidak terjadi kerumunan.
b.      Adanya kelompok yang tidak terorganisir, sehingga tidak memiliki pimpinan dan tidak mengenal pembagian kerja maupun sistem pelapisan dalam masyarakat.
Menurut Davis (Basrowi, 2014), disebutkan bentuk bentuk umum kerumunan adalah sebagai berikut.
a.       Kerumunan yang sifatnya sementara (Casual Crowds)
Kelompok yang sifatnya sederhana dapat dibedakan menjadi tiga.
1)      Kerumunan yang kurang menyenangkan, merupakan kerumunan dari orang-orang yang ingin berusaha menggunakan fasilitas fasilitas yang sama.
2)      Kerumuan orang orang yang sedang yang sedang dalam keadaan panik merupakan sekerumpulan orang-orang yang berada dalam kondisi/keadaan panik.
3)      Kerumunan penonton, merupakan kerumunan dari orang orang yang ingin melihat suatu peristiwa tertentu.
b.      Kerumunan yang berartikulasi dengan struktur sosial
Kerumunan yang berartikulasi dengan struktur sosial dapat dibedakan menjadi dua.
1)      Khalayak penonton atau pendengar yang formal adalah kerumunan orang yang memiliki pusat perhatian yang sama dan memiliki tujuan yang sama, namu sifatnya pasif.
2)      Kelompok ekspresif yang telah direncanakan merupakan kerumunan yang tidak mementingkan pusat perhatian, tetapi memiliki persamaan tujuan yang tersimpul dalam aktivitasnya.
c.       Kerumunan yang berlawanan dengan norma-norma hukum (Law Less Crowds)
Kerumunan yang berlawanan dengan norma norma hukum dapat dibedakan menjadi dua.
1)      Kerumunan yang bertindakemosional yaitu kerumunan yang bertindak secara emosional.
2)      Kerumunan yang bersifat immoral merupakan kerumunan yang tindakannya bertentangan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Menuru Mayor Polak (Narwoko, 2010), menyebutkan kerumunan dapat dibedakan menjadi dua.
a.    Kerumunan yang menjadi aktif
Kerumunan aktif dapat bersifat revolusioner atau reaksioner misalnya pemberontakan Bastille. Dalam kerumunan aktif memiliki karakteristik sebagai berikut.
1)      Muncul secara spontan.
2)      Bersifat emosional dan impulsif.
3)      Tidak adanya pembagian kerja dan aturan.
b.      Kerumunan yang tinggal ekspresif
Pada kerumunan ekspresif tidak mengenal pusat perhatian maupun tujuan yang sama, melainkan hanya mengenai emosi saja tanpa tujuan tertentu. Kerumunan ekspresif ini sifatnya tidak merusak, tetapi hanya sekedar melepaskan ketegangan/emosi saja.
2.      Publik
Soekanto mendefinisakan publik sebagai suatu kelompok yang tidak menjadi satu kesatuan (Basrowi, 2014). Publik tidak berkumpul dalam suatu tempat tertentu melaikan tersebar. Dalam suatu publik, anggotanya dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut.
a.       Kelompok Vested Interest
Kelompok ini merupakan kumpulan dari orang orang yang sudah memiliki kedudukan tertentu dalam masyarakat dan biasanya bersifat pro.
b.      Kelompok New Comer
Pada kelompok ini terdiri atas orang orang yang ingin memperjuangkan kepentingan kepentingan baru dan juga ingin berusaha merebut suatu kedudukan dalam masyarakat.
c.       Kelompok yang pasif
Kelompok ini terdiri atas orang orang yang hanya mempunyai minat saja, namun belum menentukan pendiriannya terhadap suatu persoalan.
3.      Massa
Leopold Von Wiese membedakan massa menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut.
a.       Massa yang konkret
Massa dapat dikatakan konkret apabila memiliki ciri ciri sebagai berikut.
1)      Adanya iktan batin, karena adanya persamaan, kehendak, dan pandangan.
2)      Adanya persamaan norma norma, karena orang orang yang tergabung dalam massa yang konkret memiliki peraturan dan kebiasaan sendiri.
3)      Memiliki struktur yang jelas.
4)      Mempunyai potensi yang dinamis, sehingga dapat menimbulkan gerakan massa.
b.      Massa yang abstrak

Berbeda dengan massa konkret, masa abstrak hanya kumpulan manusia yang belum diikat oleh kesatuan norma, kesatuan emosional, dan sebagainya meskipun mereka telah menjadi satu karena adanya dorongan. Jadi, massa abstrak merupakan embrio dari massa konkret, namun tergantung situasi dan kondisi dimana massa itu terbentuk (Narwoko, 2010).