A. Hakikat Kelompok Sosial
Manusia sebagai mahluk sosial tidak dapat hidup sendiri dan selalu membutuhkan bantuan orang lain. Selain itu, manusia memiliki naluri untuk selalu berinteraksi dengan sesama. Interaksi sosial dimasyarakat dihasilkan oleh hubungan antarindividu yang dilakukan secara berkesinambunan. Manusia (individu) dalam suatu masyarakat yang melakukan interaksi dengan yang lain akan membentuk suatu kelompok. Dalam suatu kelompok, setiap individu harus dapat saling menghormati dan menghargai individu lainnya.
1. Definisi Kelompok Sosial
Masyarakat merupakan kumpulan individu yang saling berinteraksi antara satu dengan lainnya. Individu tersebut dapat membentuk kelompok. Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia (2008), Kelompok adalah suatu himpunan yang terdiri atas minimal dua orang dan terjalin karena adanya rasa saling membutuhkan. Pembentukan kelompok dapat terjadi berdasarkan berbagai aspek yang mempersatukan para anggota tersebut.
Dalam kamus sosiologi (Haryanta, 2012), Kelompok sosial adalah kesatuan atua himpunan orang yang saling berinteraksi dan memiliki kesadaran dalam satu ikatan. Kelompok sosial bukan hanya merupakan kumpulan manusia, tetapi juga mempunyai suatu ikatan psikologis yang diwujudkan dalam bentuk interaksi sosial secara tetap dan teratur.
Selain definisi Kelompok sosial diatas, berikut merupakan definisi kelompok sosial menurut para ahli adalah sebagai berikut:
a. Paul B. Horton dan Chester L. Hunt (1999)
Kelompok sosial merupakan kumpulan manusia yang memiliki kesadaran akan keanggotaannya saling berinteraksi (Horton, 1999)
b. Joseph S. Roucek dan Roland L. Warren
Kelompok sosial sebagai kelompok yang terdiri atas dua atau lebih manusia dan di antara mereka terdapat pola interaksi yang dapat dipahami oleh anggota atau orang lain secara keseluruhan (Soekanto, 2012)
c. Soerjono Soekanto (2012)
Kelompok sosial merupakan himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama, karena adanya hubungan di antara mereka. Hubungan tersebut menyangkut hubungan timbal balik yang saling memengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling menolong (Soekanto, 2012).
Menurut Narwoko (2010), syarat kelompok sosial adalah sebagai berikut.
a. Setiap individu harus merupakan bagian dari kesatuan sosial
b. Terdapat hubungan timbal balik di antara individu yang tergabung dalam kelompok
c. Bersistem dan berproses
d. Adanya faktor-faktor yang sama dan dapat mempererat hubungan individu yang tergabung dalam kelompok
e. Bestruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku
2. Ciri Kelompok Sosial
Keberagaman kelompok sosial yang ada di masyarakat dapat menumbuhkan sikap saling peduli meskipun bukan dari anggota kelompoknya. adapun ciri-ciri kelompok sosial yang dikutip dari http://file.upi.edu adalah sebagai berikut.
a. Adanya dorongan yang sama antara individu yang satu dengan lainnya
b. Adanya akibat dari interaksi yang berlainan terhadap individu yang satu dengan yang lainnya
c. Adanya pembentukan struktur atau organisasi kelompok yang jelas dan terdiri atas peranan dan kedudukan masing-masing
d. Adanya norma yang mengatur tingkah laku anggota kelompok agar mencapai tujuan yang diinginkan
e. Adanya pergerakan yang dinamik
f. Berlangsungnya suatu kepentingan
B. Faktor-faktor Pembentuk Kelompok Sosial
Kelompok sosial yang ada di masyarakat terdiri atas beberapa individu. Untuk menyatukan berbagai individu tersebut harus didasari rasa saling menghormati dan menghargai satu sama lainnya sehingga terjalin kehidupan yang harmonis.
1. Faktor Pembentuk Kelompok Sosial
Pembentukan kelompok sosial dimulai sejak seseorang dilahirkan. Keluarga merupakan kelompok sosial yang paling sederhana. Hampir semua manusia pada awalnya adalah anggota kelompok keluarga. Adapun faktor pembentukan kelompok sosial ada dua, yaitu sebagai berikut.
a. Kedekatan
Pengaruh tingkat kedekatan tidak dapat diukur dalam kelompok sosial. Kelompok sosial terdiri atas beberapa individu yang saling berinteraksi. Semakin dekat jarak geografis antarindividu, maka mereka akan saling melihat, berbicara, dan bersosialisasi. Kedekatan yang muncul dengan orang lain dapat meningkatkan peluang berinteraksi dan memiliki peranan penting terhadap pembentukan kelompok sosial.
b. Kesamaan
Pembentukan kelompok sosial tidak hanya tergantung pada kedekatan fisik, tetapi juga kesamaan di antara anggota-anggotanya. Persamaan yang dimaksud adalah kesamaan tingkat minat, kepentingan, kepercayaan, nilai, usia, karakter, maupun lainnya.
2. Faktor Pendorong Kelompok Sosial
Dalam proses pembentukan kelompok sosial, ada faktor yang mendorong manusia untuk membentuk kelompok sosial. Adapun faktor pendorong kelompok sosial yang ada di lingkungan masyarakat adalah sebagai berikut.
a. Adanya Dorongan untuk Mempertahankan Hidup
Manusia yang telah membentuk atau bergabung dengan kelompok sosial, secara tidak langsung telah berusaha untuk mempertahankan diri. Hal ini dikarenakan manusia tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri tanpa adanya bantuan orang lain.
b. Adanya Dorongan untuk Meningkatkan Efisiensi dan Efektivitas Kerja
Di era modern seperti sekarang ini, manusai dituntut untuk melakukan pekerjaan yang efektif, efisien, serta memperoleh hasil kerja yang maksimal. Oleh karena itu, dengan adanya kelompok sosial dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja.
c. Adanya Dorongan untuk Meneruskan Keturunan
Manusia sebagai mahluk hidup mempunyai sifat alamiah untuk meneruskan keturunan. Dengan adanya keturunan, maka dapat membentuk kelompok sosial.
C. Macam-Macam Kelompok Sosial
1. In-Group dan Out-Group
Berdasarkan identifikasi dari, W. G. Summer (Sunarto, 2004) seorang ahli sosiologi dari Amerika membagi kelompok sosial menjadi dua, yaitu in-group dan out-group.
a. In-Group
Summer mengemukakan bahwa in-group adalah kelompok sosial di mana individu mengidentifikasikan dirinya (Basrowi, 2014). Dalam anggota kelompok, in-group ditandai dengan kerja sama, persahabatan, keteraturan, dan perdamaian. Anggota dalam kelompok in-group menyatakan kelompoknya sebagai kelompok saya.
b. Out-Group
Out-group dapat diartikan sebagai kelompok yang menjadi lawan dari in-group. Dalam out-group ditandai dengan sikap ketidakpedulian, kebencian, permusuhan, dan sikap saling membenci. Contohnya misalnya untuk mendapatkan nila terbaik, maka akan muncul perasaan tidak peduli dengan kelompok lain. Hal ini juga dapat menyebabkan munculnya rasa solidaritas dalam kelompoknya.
In-group dan out-group banyak ditemui dalam masyarakat, meskipun kepentingannya tidak sama. Menurut Horton dan Hunt (1999) beberapa karakteristik In-group dan Out-group adalah sebagai berikut.
1) Keduanya memengaruhi perilaku, baik yang berada dalam In-group maupun Out-group
2) Munculnya etnosentrisme dalam kelompok
3) Perasaan in-group dan out-group didapatkan pada masyarakat umum
4) Munculnya anggapan bahwa out-group sebagai saingan dari in-group
5) Pada masyarakat yang memiliki kompleksitas tinggi atau masyarakat modern memungkinkan seseorang untuk menjadi bagian dari kelompok sosial.
2. Kelompok Primer dan Kelompok Sekunder
Menurut Cooley (Horton, 1999) membedakan kelompok sosial menjadi dua, yaitu kelompok primer dan kelompok sekunder seperti yang ditulis dalam buku Social Organization pada tahun 1909. Untuk lebih memahami kedua tipe kelompok sosial menurut Cooley perhatikan uraian berikut.
a. Kelompok Primer (Primary Group)
Menurut Horton (1999) kelompok primer merupakan suatu kelompok di mana kita dapat mengenal orang lain sebagai pribadi secara akrab. Hubungan yang terjalin antara anggota dalam kelompok primer dapat bersifat informal. Menurut Cooley, ruang lingkup terpenting dalam kelompok primer ini ialah keluarga, teman bermain pada waktu kecil, rukun warga, serta komunitas orang dewasa (Sunarto, 2004).
Cooley mendefinisikan kelompok primer sebagai kelompok yang ditandai dengan adanya pergaulan dan kerja sama yang terjadi secara langsung (Henslin, 2007). Menurut Cooley, ada beberapa syarat untuk membentuk kelompok primer adalah sebagai berikut.
1) Adanya kedekatan antaranggota kelompok
2) Jumlah anggota kelompok sedikit
3) Hubungan antarkelompok bersifat langgeng
4) Memiliki tujuan akhir yang sama
Kelompok primer disebut juga sebagai kelompok face to face, karena para anggotanya sering bertatap muka dan berkomunikasi sehingga mereka saling mengenal lebih dekat dan menjadi akrab. Kedekatan yang terjalin antaranggota kelompok primer didasarkan pada rasa simpati dan kekeluargaan. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi mengemukakan bahwa kelompok primer dianggap sebagai kelompok kecil yang langgeng dan saling mengenal antarindividu dalam kelompok.
b. Kelompok Sekunder (Secondary Group)
Tipe kelompok sosial menurut Cooley yang kedua ialah kelompok sekunder. Menurut Soekanto (2012), kelompok sekunder adalah kelompok yang terdiri atas banyak orang yang sifat hubungannya tidak berdasarkan pengenalan secara pribadi dan juga tidak langgeng (bersifat sementara). Anggota kelompok sekunder tidak harus saling mengenal, tidak langsung bersifat fungsional, rasional, dan lebih banyak ditunjukkan pada tujuan pribadi.
3. Paguyuban (Gemeinschaft) dan Patembayan (Gesellschaft)
Seorang tokoh sosiologi klasik dari Jerman Ferdinad Tonnies membagi kelompok sosial menjadi dua, yaitu Paguyuban (Gemeinschaft) dan Patembayan (Gesellschaft). Pembagian kelompok sosial tersebut tercantum dalam bukunya Gemeinschaft und Gesellschaft.
a. Paguyuban (Gemeinschaft)
Menurut Tonnies dan Loomis (1960), paguyuban adalah bentuk kehidupan bersama di mana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah, serta bersifat kekal (Basrowi, 2014). Dalam hubungan paguyuban memiliki rasa cinta dan rasa kesatuan yang kuat. Hubungan ini dapat dilihat dalam kehidupan masyarakat desa, keluarga, kerabat, dan lain sebagainya. Tonnies memandang bahwa masyarakat dengan sifat-sifat yang masih sederhana adalah bagian dari paguyuban.
Suatu kelompok sosial pasti memiliki ciri-ciri untuk membedakan dengan kelompok lain, termasuk paguyuban. Menurut Tonnies dikutip dari Soekanto (2012), ciri pokok paguyuban adalah sebagai berikut.
1) Intimate, yaitu hubungan menyeluruh yang sangat erat.
2) Private, yaitu hubungan yang bersifat pribadi, namun untuk beberapa orang saja.
3) Exclusive, yaitu hubungan yang diperuntukan hanya untuk "kita" dan tidak orang-orang di luar "kita".
Tonnies (dalam Narwoko, 2010) membedakan paguyuban (gemeinschaft) menjadi tiga.
1) Paguyuban karena darah (gemeinschaft by blood), paguyuban yang mendasarkan diri pada ikatan darah atau keturunan. Dalam pertumbuhannya, masyarakat ini semakin lama semakin sedikit. Misalnya, keluarga dan kelompok kekerabatan.
2) Paguyuban karena tempat (gemeinschaft by place), paguyuban yang mendasarkan diri pada tempat tinggal yang saling berdekatan, sehingga memungkinkan seseorang untuk saling menolong.
3) Paguyuban karena jiwa-pikiran (gemeinschaft by mind), paguyuban yang mendasarkan pada ideologi atau pikiran yang sama, meskipun tidak memiliki hubungan darah maupun tempat tingggal yang berdekatan. Misalnya, Kelompok Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).
b. Patembayan (Gesellschaft)
Selain paguyuban, pengelompokan kelompok sosial menurut Tonnies, yaitu patembayan (gesellschaft). Menurut Horton dan Hunt (1999), patembayan merupakan suatu masyarakat yang berdasarkan atas jalinan hubungan yang kontraktual, bukan tradisional. Dalam patembayan ada suatu ikatan yang bersifat pokok dalam jangka waktu pendek, bersifat mekanis, dan bentuknya hanya dalam imajinasi. Contoh patembayan, misalnya ikatan antarpedagang, organisasi buruh pabrik, organisasi militer, dan lain sebagainya.
Hubungan dalam patembayan ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut.
1) Adanya kepentingan pribadi.
2) Pembagian tugas secara spesialisasi.
3) Orientasi dalam kemajuan.
4) Sifat kerja yang efisien.
5) Adanya rasa persaingan.
4. Membership Group dan Reference Group
Membership Group dan Reference Group merupakan macam-macam kelompok sosial menurut tingkat interaksinya. Pembagian kelompok sosial tersebut dikemukakan oleh Merton, seorang sosiolog dari Amerika. Batasan yang digunakan untuk menentukan keanggotaan seseorang dalam kelompok tidak dapat dilakukan secara mutlak. Hal ini dikarenakan terjadi perubahan-perubahan yang memengaruhi hubungan dalam kelompok tersebut. Berikut pengelompokan kelompok sosial menurut Merton.
a. Membership Group
Menurut Narwoko (2010), membership group merupakan kelompok dimana setiap orang secara fisik menjadi anggota kelompok tersebut. Sebagai contohnya, seorang peserta didik dari sebuah SMA. Ia berperilaku dna bertindak seperti seorang anak seusianya. Membership Group dapat dibedakan menjadi dua.
1) Nominal Group Member
Dalam kelompok ini, anggota yang masih berinteraksi dengan kelompok sosial yang bersangkutan, namun interaksinya dengan anggota lain berkurang. Dengan kata lain, interaksi yang terjalin dengan kelompok lain tidak terjadi secara intensif atau sering.
2) Perihal Group Member
Pada kelompok ini, seseorang sudah tidak memiliki hubungan dengan kelompok yang bersangkutan sehingga kelompok tidak mempunyai kekuasaan terhadap anggota tersebut.
b. Reference Group
Dalam Kamus Sosiologi (Haryanta, 2010), Reference Group merupakan kelompok yang menjadi acuan bagi seseorang (bukan anggota kelompok) untuk membentuk pribadi dan perilakunya. Secara umum Reference Group merupakan kelompok yang menurut pandangan seseorang mengakui, menerima, dan mengidentifikasikan dirinya tanpa harus menjadi anggotanya. Sebagai contohnya, seoran peserta didik SMA bertingkah laku seperti mahasiswa, meskipun ia (peserta didik SMA) bukanlah seorang mahasiswa. Merton yang dikutip dari Narwoko (2010) menyebutkan ada dua tipe reference group.
1) Tipe Normatif
Menentukan dasar-dasar bagi kepribadian seseorang. Tipe ini merupakan sumber nilai bagi individu, baik yang menjadi anggota maupun yang bukan anggota kelompok tersebut. Misalnya, seorang anggota angkatan bersenjata berpegang teguh terhadap tradisi yang telah dipelihara oleh para veteran.
2) Tipe Perbandingan
Suatu pegangan bagi individu dalam menilai kepribadiannya. Hal ini dipakai sebagai perbandingan untuk memberikan kedudukan seseorang. Tipe ini merupakan perbandingan untuk memberi kedudukan seseorang, misalnya status ekonomi seseorang dibandingkan dengan status ekonomi dengan status ekonomi orang lain dalam satu wilayah.
5. Kelompok Formal dan Kelompok Informal
Kelompok formal dan kelompok informal merupakan bagian dari kelompok sosial yang ada di masyarakat yang dibedakan menurut Van Doorn.
a. Kelompok Formal
Menurut Soekanto (2012), Kelompok formal adalah kelompok yang memiliki peraturan tegas dan disengaja diciptakan oleh anggota-anggotanya untuk mengatur hubungan antarsesama. Kelompok formal merupakan organisasi resmi, sehingga dalam organisasi terdapat pembagian tugas dan wewenang.
b. Kelompok Informal
Kelompok informal merupakan organisasi kelompok yang tidak resmi serta tidak mempunyai struktur dan organisasi yang pasti (Narwoko, 2010). Kelompok ini tidak didukung oleh peraturan-peraturan resmi yang mengikat anggotanya. Kelompok informal terbentuk karena pertemuan-pertemuan yang terjadi berulang kali dan itu menjadi dasar dari kepentingan dan pengalaman yang sama.
6. Kelompok Okupasional dan Kelompok Volunter
Selain kelompok sosial yang telah disebutkan diatas, masih ada kelompok sosial lainnya, yaitu kelompok okupasional dan kelompok volunter.
a. Kelompok Okupasional
Okupasional berasal dari kata okupasi yang artinya menempati sesuatu tempat atau suatu objek yang kosong dan tidak memiliki penguasa. Menurut Soekanto (2012), dijelas-kan bahwa kelompok yang muncul karena semakin memudarnya fungsi kekerabatan disebut kelompok okupa-sional. Munculnya kelompok ini karena anggotanya memiliki pekerjaan yang sama atau sejenis. Contoh kelompok okupasional seperti Ikatan Dokter Indonesia, PBSI (Persatu Bulu Tangkis Seluruh Indonesia), maupun contoh lainnya yang ada dilingkungan sekitar.
b. Kelompok Volunter
Menurut Soekanto (2012), kelompok volunter merupakan kelompok yang memiliki kepentingan sama, namun tidak mendapatkan perhatian dari masyarakat. Adanya kelompok volunter diharapkan dapat memenuhi kepentingan anggotanya secara individual dan tidak mengganggu kepentingan masyarakat secara umum. Terbentuknya kelompok volunter didasarkan pada beberapa hal sebagai berikut.
1) Kebutuhan sandang, pangan, dan papan
2) Kebutuhan keselamatan jiwa dan raga
3) Kebutuhan mengenai harga diri
4) Kebutuhan mengembangkan potensi diri
5) Kebutuhan akan kasih sayang
Adapun contoh kelompok volunter adalah KIPP (Komite Independen Pemantau Pemilu), FPI (Front Pembela Islam), dan lain sebagainya. Kelompok volunter berlandaskan atas kepentingan primer sehingga harus dipenuhi karena manusia berusaha hidup dengan baik.
D. Kelompok Sosial Tidak Teratur
Di masyarakat terdapat banyak macam kelompok sosial, baik yang bersifat teratur maupun yang tidak teratur. Kelompok sosial tidak teratur ini juga bagian dari masyarakat. Bentuk kelompok sosial tidak teratur dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
1. Kerumunan (Crowd)
Kerumunan merupakan individu yang berkumpul secara bersamaan serta kebetulan di suatu tempat dan dalam waktu yang bersamaan. Ukuran utama adanya kerumunan ialah kehadiran orang-orang secara fisik. Menurut Narwoko (2010), karakteristik kerumunan adalah sebagai berikut.
a. Adanya kehadiran individu yang secara fisik dan ukurannya, yaitu sejauh mata memandang dan telinga mendengarkan. Tidak ada individu, maka tidak terjadi kerumunan.
b. Adanya kelompok yang tidak teroganisir, sehingga tidak memiliki pemimpin dan tidak mengenal pembagian kerja maupun sistem pelapisan dalam masyarakat.
Munculnya kerumunan menurut Mayor Polak (Narwoko, 2010) karena adanya minat, kepentingan bersama, dan di antara para anggotanya muncul pengaruh, hubungan timbal-balik yang kuat, tidak kekal, serta tidak rasional. Menurut Davis (Basrowi, 2014), disebutkan bentuk-bentuk umum kerumunan adalah sebagai berikut.
a. Kerumunan yang Sifatnya Sementara (Casual Crowds)
Kelompok yang sifatnya sederhana dapat dibedakan menjadi tiga.
1) Kerumunan yang kurang menyenangkan (inconvenient aggregations), merupakan kerumunan dari orang-orang yang ingin berusaha menggunakan fasilitas-fasilitas yang sama. Contohnya kelompok yang menunggu bus umum di halte.
2) Kerumunan orang-orang yang sedang dalam keadaan panik (panic crowds), merupakan sekumpulan orang-orang yang berada dalam kondisi/keadaan panik.Contohnya orang-orang yang berusaha menyelamatkan diri dari banjir.
3) Kerumunan penonton (spectators crowds), merupakan kerumunan dari orang-orang yang ingin melihat suatu peristiwa tertentu. Contohnya kerumunan penonton yang ingin melihat pertandingan sepakbola.
b. Kerumunan yang Berartikulasi dengan Struktur Sosial
Kerumunan yang berartikulasi dengan struktur sosial dapat dibedakan menjadi dua.
1) Khalayak penonton atau pendengar yang formal (formal audiences) adalah kerumunan orang yang memiliki pusat perhatian yang sama dan memiliki tujuan yang sama, namun sifatnya pasif. Contohnya para pendengar khotbah dan para penonton pertandingan sepakbola.
2) Kelompok ekspresif yang telah direncanakan (planned expressive group), merupakan kerumunan yang tidak mementingkan pusat perhatian, tetapi memiliki persamaan tujuan yang tersimpul dalam aktivitasnya. Contohnya orang-orang yang ada pada pesta perjamuan dan kerumunan dansa.
c. Kerumunan yang Berlawanan dengan Norma-Norma Hukum (Law Less Crowds)
Kerumunan yang berlawanan dengan norma-norma hukum dapat dibedakan menjadi dua.
1) Kerumunan yang bertindak emosional (acting mobs), yaitu kerumunan yang bertindak secara emosional. Misalnya, kerumunan perampok dan kerumunan pemberontak.
2) Kerumunan yang bersifat immoral (immoral crowds), merupakan kerumunan yang tindakannya bertentangan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Misalnya, kerumunan orang yang merusak fasilitas umum.
Bentuk kerumunan lainnya dikemukakan oleh Mayor Polak. Menurut Mayor Polak (Narwoko, 2010), menyebutkan kerumunan dapat dibedakan menjadi dua.
a. Kerumunan yang Menjadi Aktif
Kerumunan aktif dapat bersifta revolusioner atau reaksioner, misalnya Pemberontakan Bastille. Dalam kerumunan aktif memiliki karakteristik sebagai berikut.
1) Muncul secara spontan
2) Bersifat emosional dan impulsif
3) Tidak adanya pembagian kerja dan aturan
b. Kerumunan yang Tinggi Ekspresif
Pada kerumunan ekspresif tidak mengenal pusat perhatian maupun tujuan yang sama, melainkan hanya mengenai emosi saja tanpa tujuan tertentu. Kerumunan ekspresif ini sifatnya tidak merusak, tetapi hanya sekedar melepaskan ketegangan/emosi saja. Kerumunan ekspresif dapat berubah menjadi kerumunan aktif, misalnya kerumunan penonton yang menyaksikan pertandingan sepakbola, di mana penonton dapat terbawa emosinya apabila melihat wasit menjatuhkan keputusan yang tidak adil.
2. Publik
Soekanto mendifinisikan publik sebagai suatu kelompok yang tidak menjadi satu kesatuan (Basrowi, 2014). Publik tidak berkumpul dalam suatu tempat tertentu melainkan tersebar. Interaksi yang terjalin dalam publik bersifat tidak langsung, misalnya melalui alat-alat media seperti surat kabar, radio, televisi, telepon, maupun media lainnya. Dalam suatu publik, anggotanya dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut (Narwoko, 2010).
a. Kelompok Vested Interest
Kelompok ini merupakan kumpulan dari orang-orang yang sudah memiliki kedudukan tertentu dalam masyarakat dan biasanya bersifat pro. Hal ini dikarenakan mereka ingin mempertahankan keadaan yang sudah ada.
b. Kelompok New Comer
Pada kelompok ini terdiri atas orang-orang yang ingin memperjuangkan kepentingan-kepentingan baru dan juga ingin berusaha merebut suatu kedudukan dalam masyarakat. Kelompok ini bersifat kontra.
c. Kelompok yang Pasif
Kelompok ini terdiri atas orang-orang yang hanya mempunyai minat saja, namun belum menentukan pendiriannya terhadap suatu persoalan. Dalam publik, kelompok ini merupakan kelompok terbesar dan bertindak sebagai wasit. Oleh karena itu, kelompok vested interest dan kelompok new comer berusaha untuk saling memengaruhi kelompok ini dengan menggunakan propaganda.
3. Massa
Massa merupakan kumpulan orang yang mempunyai kehendak atau pandangan yang sama, tetapi tidak berkerumun pada suatu tempat, serta mengikuti kejadian dan peristiwa yang penting. Pada kelompok massa menggunakan alat-alat komunikasi modern, seperti pada kelompok publik.
Leopold Von Wiese membedakan massa menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut.
a. Massa yang Konkret
Massa dapat dikatakan konkret apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1) Adanya ikatan batin, karena adanya persamaan, kehendak, dan pandangan.
2) Adanya persamaan norma-norma, karena orang-orang yang tergabung dalam massa yang konkret memiliki peraturan dan kebiasaan sendiri.
3) Memiliki struktur yang jelas
4) Mempunyai potensi yang dinamis, sehingga dapat menimbulkan gerakan massa
b. Massa yang Abstrak
Massa abstrak hanya kumpulan manusia yang belum diikat oleh kesatuan norma, kesatuan emosional, dan sebagainya meskipun mereka telah menjadi satu karena adanya dorongan. Jadi, massa abstrak merupakan embrio dari massa konkret, namun tergantung situasi dan kondisi di mana massa itu terbentuk (Narwoko, 2010).
Jika ada pertanyaan seputar materi diatas bisa ditanyakan lewat kolom komentar dan nanti akan admin bantu untuk menjawab pertanyaan tersebut, terima kasih sudah klik blog ini:)